HERALDSULBAR, MAJENE – Di Jalan Poros Majene-Mamuju, di bawah redup cahaya sore yang merayap di Dusun Rawang Rawang, insiden mengejutkan terjadi. Sebuah mobil melaju, membawa Abd. Kadir (49) dan rekannya melintasi jalanan berkelok. Namun, dari kejauhan, seorang pria misterius dengan sepeda motor mengejar tanpa henti, bayangannya menyatu dengan aspal yang panas.
Tak lama, mobil mereka terhenti. Truk besar menghalangi jalan, memaksa kendaraan itu melambat. Saat itulah, pria itu melintangkan sepeda motornya di depan mobil korban, suaranya menggelegar dengan ancaman yang dibalut kata-kata kasar. Tak ada jeda, tak ada peringatan—hanya amarah yang meledak dalam sekejap.
Abd. Kadir turun, tatapan matanya menyorot tajam, mencoba membaca situasi. Namun, sebelum sempat berkata apa-apa, dua pukulan mendarat di leher dan bibirnya. Sakitnya tidak seberapa dibanding keterkejutan yang menyergap. Rekannya, yang mencoba melerai, malah terseret dalam pusaran kekerasan, pertarungan yang tak terelakkan di jalanan sunyi itu.
Warga sekitar menjerit, meneriakkan sesuatu yang mengubah arah insiden ini. “Dia OGJ!” Suara itu memecah kebisuan. Sosok pemukul itu—Jabir (30), warga Dusun Sangiang—diketahui sudah lama hidup dalam dunia yang berbeda, realitas yang terputus dari kebanyakan orang. Tapi saat itu, amukannya nyata. Batu melayang, kaca depan serta kaca samping mobil korban pecah berhamburan. Hanya puing-puing yang tersisa dari perjalanan yang seharusnya tenang.
Dengan sisa keberanian, korban memilih melanjutkan perjalanan ke Tapalang, membawa tubuh yang memar dan kendaraan yang koyak. Sesampainya di Malunda, laporan dibuat, hukum diminta untuk berbicara. Polsek Malunda menghubungi Polsubsektor Tubo Sendana, menyatukan benang-benang yang kusut dari insiden ini.
Di lokasi kejadian, polisi menemukan cerita yang serupa: Jabir, pria yang sudah lama berjuang dengan pikirannya sendiri, kerap kali mengalami kekambuhan. Hari itu, entah apa yang menyulutnya, tetapi hasilnya nyata—mobil rusak, luka lebam, trauma yang membekas. Kerugian ditaksir Rp2.500.000, tetapi lebih dari itu, ada rasa takut yang mengendap di dada mereka yang menyaksikan.
Kini, kepolisian bergerak, merajut solusi di antara keterbatasan. Keluarga pelaku dilibatkan, upaya pencegahan dirancang. (*)