HERALDSULBAR.COM Sejak Senin, 10 Februari 2025, sebuah pesan berantai menyebar cepat di WhatsApp, menghebohkan banyak pihak. Pesan itu penuh dengan klaim mengejutkan—tentang bisnis, politik, dan kasus kriminal yang menyeret nama Annar Salahuddin Sampetoding.

Pesan itu seharusnya hanya untuk keluarga besar Annar Salahuddin Sampetoding yang saat ini mendekam di Rumah Tahanan Makassar atas dugaan pelaku utama atau otak dari sindikat pembuatan dan pengedaran uang palsu. Namun, entah bagaimana, ia bocor ke publik.

Di tengah kegaduhan yang muncul, seorang wanita bergegas menuju Rutan Makassar. Dialah Maryam, istri Annar. Wajahnya tegang, langkahnya cepat. Sesampainya di sana, ia segera menemui petugas untuk mengklarifikasi satu hal penting:

“Pesan itu bukan ditulis oleh suami saya. Saya yang membuatnya.” kata Maryam kepada Awak Media di Rutan Kelas I Makassar, Selasa 11 Februari 2025.

Namun, ia juga mengakui bahwa isi pesan tersebut memang berasal dari tulisan tangan dari Annar yang kemudian diketik ulang di handphone dan disebar untuk para keluarga dan koleganya.

Isi pesan merupakan keluhan dari Annar dan klaim yang dianggapnya ada kemufakatan jahat atau dijebak. Meski disusun tidak sistematis, pesan menyebut sejumlah nama tersangka sudah ditangkap dan ditahan polisi. Berikut klarifikasi Annar yang dirangkum Herald Sulbar:

  1. John Biliater Panjaitan adalah rekan bisnisnya dalam usaha bursa ikan, restoran, dan peralatan mesin cetak.
  2. Syahruna membantunya dalam pengadaan publikasi untuk pencalonan gubernur Sulawesi Selatan. Namun gagal dan berniat menjual mesin cetak dan peralatannya.
  3. Dr. Andi Ibrahim pertama kali ditemuinya saat ingin menjual mesin cetak. Andi Ibrahim datang ke rumahnya bersama seseorang berinisial RL.
  4. Di pertemuan itu, Andi Ibrahim memperlihatkan mata uang asing dan alat sensor uang. Annar menolak keras dan meminta mereka tidak kembali lagi.
  5. Pada Agustus-September 2024, Syahruna memberi kabar bahwa mesin cetaknya sudah terjual dengan harga Rp 250 juta. Namun, Annar klaim tidak pernah menerima uangnya sampai sekarang.
  6. Beberapa bulan kemudian, Andi Ibrahim, John Biliater, dan Syahruna ditangkap dalam kasus pembuatan dan peredaran uang palsu.
  7. Mesin cetak Annar ditemukan di Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar—tepatnya di ruang perpustakaan, tempat kerja Andi Ibrahim yang menjabat sebagai kepala perpustakaan. Mesin itulah yang diduga kuat digunakan untuk mencetak uang palsu.
  8. Nama Annar Salahuddin Sampetoding atau ASS pun ikut terseret.
  9. Nama Annar muncul di berbagai media, ia langsung mendatangi Polres Gowa untuk memberi klarifikasi. Awalnya, ia hanya diperiksa sebagai saksi. Namun, setelah memberikan keterangannya, ia justru dijadikan tersangka utama dalam sindikat ini.
  10. Annar merasa ini tidak adil. Ia yakin dirinya menjadi korban trial by the press—diadili oleh media, bukan oleh hukum yang seharusnya. Ia merasa nama baiknya dihancurkan sebelum ia bisa membuktikan dirinya tidak bersalah.

Pesan tersebut membuat gaduh, lantaran Annar sejatinya berada dalam rumah tahanan, pihak Rutan Makassar pun dirugikan atas kejadian kecolongan tersebut.