HERALDSULBAR.COM — Pernahkah Anda merasa cemburu pada masa lalu pasangan tanpa alasan yang jelas? Jika ya, Anda mungkin mengalami Rebecca Syndrome, sebuah kondisi psikologis yang ditandai dengan obsesi terhadap hubungan masa lalu pasangan.
Asal Usul Istilah Rebecca Syndrome
Istilah ini berasal dari novel Rebecca karya Daphne du Maurier yang terbit pada 1938. Novel ini menceritakan kisah seorang istri kedua yang merasa tidak mampu menandingi kesempurnaan almarhum istri pertama suaminya.
Fenomena Rebecca Syndrome di Era Digital
Di zaman yang serba online, Rebecca Syndrome menjadi lebih umum. Akses mudah ke informasi melalui media sosial memungkinkan seseorang melihat jejak hubungan masa lalu pasangan, yang sering kali memicu rasa cemburu.
Psikolog Dr. Louise Goddard Crawley menjelaskan bahwa sindrom ini ditandai dengan obsesi berlebihan terhadap hubungan masa lalu pasangan, meskipun tidak ada alasan rasional untuk merasa cemburu. Tanda-tanda umumnya meliputi:
- Terus-menerus memikirkan masa lalu pasangan.
- Merasa curiga atau paranoid terhadap mantan pasangan.
- Berkeyakinan bahwa hubungan masa lalu pasangan adalah ancaman bagi hubungan saat ini.
Penyebab Rebecca Syndrome
Penelitian Universitas Bern di Swiss (2022) mengungkap bahwa Rebecca Syndrome sering kali berakar pada trauma masa kecil, seperti:
- Pengabaian emosional.
- Kasih sayang yang tidak konsisten dari pengasuh.
Individu yang mengalami pengalaman tersebut lebih rentan menunjukkan pola kecemburuan yang intens dalam hubungan dewasa.
Dampak dan Cara Mengatasinya
Rebecca Syndrome dapat menyebabkan stres emosional dan merusak hubungan. Untuk mengatasinya, langkah-langkah berikut bisa dilakukan:
1. Refleksi Diri
Tanyakan pada diri sendiri apakah kecemasan Anda terkait dengan pengalaman masa lalu Anda, bukan pasangan Anda.
2. Batasi Akses ke Media Sosial
Hindari mengintip akun media sosial pasangan untuk mencegah pikiran obsesif.
3. Ikuti Terapi atau Konseling
Terapi dapat membantu mengidentifikasi akar masalah dan memberikan strategi untuk mengatasinya.
4. Lakukan Kegiatan Kreatif
Menulis, melukis, atau kegiatan lain dapat membantu mengekspresikan emosi secara konstruktif.
5. Latih Kesadaran Diri
Meditasi dan yoga membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan pengendalian diri.