HERALDSULBAR.COM — Di tengah hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah sepi, suasana pagi itu di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sains Teknologi (Ditjen Dikti Kemdikti Saintek) terasa berbeda. Ratusan aparatur sipil negara (ASN) berkumpul, membawa spanduk dan menyuarakan protes, mendukung Neni Herlina, seorang pegawai yang mereka anggap menjadi korban ketidakadilan. Nama Neni menggema di antara mereka, simbol dari perjuangan melawan apa yang mereka nilai sebagai tindakan semena-mena dalam birokrasi.
Neni Herlina, seorang Pranata Humas Ahli Muda di Kemendikbudristek, baru saja mengalami pemberhentian mendadak tanpa surat resmi.
“Saya diminta pindah ke Kemendikdasmen tanpa penjelasan jelas,” ujar Neni, matanya mencerminkan kelelahan, namun penuh tekad.
Ketua Paguyuban Pegawai Dikti, Suwitno, menilai kejadian ini sebagai akibat dari fitnah. “Ibu Neni dituduh menerima sesuatu, padahal tidak ada bukti,” katanya, menunjukkan solidaritas kolektif dari para pegawai yang turut memprotes.
Sorotan protes juga diarahkan kepada Menteri Satryo Soemantri Brodjonegoro, yang dianggap gagal melindungi prinsip keadilan. Spanduk dengan pesan keras menyasar kepemimpinannya, mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap sosok yang diharapkan menjadi agen perubahan.
Sekjen Kemdiktisaintek, Togar M. Simatupang, berusaha menenangkan massa. “Tidak ada pemecatan mendadak. Kami masih membuka dialog untuk mencari solusi terbaik,” katanya. Namun, pernyataan itu terasa tak cukup untuk meredam kegelisahan mereka yang merasa sistem telah melukai nilai keadilan.
Sosok Neni Herlina
Neni Herlina adalah seorang profesional yang mendedikasikan dirinya pada dunia public relations (PR) dengan latar belakang unik. Lulusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka ini pernah menjadi pengajar matematika sebelum menjajal dunia PR. Awalnya, ia hanya berniat menemani temannya mengikuti seleksi calon humas menteri, tetapi justru nilai Neni yang lebih tinggi membuatnya terpilih.
Bagi Neni, komunikasi tak ubahnya menyusun formula matematika: penuh logika dan strategi. “Di matematika, kita diajarkan untuk berpikir logis, mengidentifikasi masalah, dan menemukan alternatif solusi. Prinsip ini sangat relevan dengan pekerjaan PR,” ungkap Neni, yang juga mengagumi politikus perempuan Marwah Daud Ibrahim.