HERALDSULBAR.COM – Pagi yang dingin di jalur tol Probolinggo berubah menjadi saksi bisu sebuah tragedi yang mengguncang dunia sepak bola Indonesia. Dalam perjalanan menuju MCM Asprov PSSI Jatim, sebuah mobil yang membawa rombongan tim Persewangi Banyuwangi terlibat dalam kecelakaan tragis pada pukul 6 pagi.
Di dalam mobil itu, tiga jiwa bertarung melawan takdir. Salah satunya adalah Syamsuddin Batola, pelatih kepala Persewangi Banyuwangi yang juga dikenal sebagai legenda PSM Makassar. Takdir berkata lain: Syamsuddin Batola tak pernah sampai ke tujuan.
Kabar duka ini menyebar seperti angin badai. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un… rombongan Persewangi Banyuwangi yang lagi perjalanan ke MCM Asprov PSSI Jatim mengalami kecelakaan di Probolinggo,” demikian pernyataan yang menyayat hati itu dirilis.
Syamsuddin Batola meninggal dunia di lokasi kejadian, meninggalkan segudang kenangan dan warisan di dunia sepak bola nasional. Sementara itu, sekretaris tim Persewangi, Ari Mustofa, dan sopir tim, Hari, dalam kondisi kritis, masih berjuang di rumah sakit.
“Semoga almarhum diterima amal ibadahnya, diampuni segala dosanya, dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya…” demikian doa yang dipanjatkan oleh rekan-rekan, keluarga, dan para pecinta sepak bola tanah air.
Syamsuddin Batola adalah sosok yang tak tergantikan di dunia sepak bola Indonesia. Lahir pada 4 Juli 1967, ia menjalani karier cemerlang sebagai pemain dan pelatih. Sebagai pemain, ia pernah memperkuat tim-tim besar seperti Pelita Jaya FC, PKT Bontang, dan Persim Maros.
Puncak kariernya terjadi pada musim 1999-2000 saat ia bersama PSM Makassar meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia. Setelah pensiun sebagai pemain, ia beralih menjadi pelatih, memimpin PSM Makassar dan menjabat sebagai Direktur Teknik Akademi PSM.
Hingga akhir hayatnya, sepak bola tetap menjadi napas hidup Syamsuddin. Ia terakhir melatih Persim Maros sebelum melanjutkan kiprahnya di Persipal Palu pada Liga 2 tahun 2024.
Selamat jalan, Coach Syamsuddin Batola. Jejak langkahmu akan selalu dikenang di setiap lapangan, di setiap sorak-sorai para pendukung, dan di setiap semangat yang menyala dalam jiwa para pemain muda. Namamu telah terpatri dalam sejarah sepak bola Indonesia yang takkan pernah pudar. (*)