HERALDSULBAR.COM, PASANGKAYU – Langit mendung di atas UPT Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mamuju seakan menjadi pertanda duka yang akan melanda. Ahmad, tenaga kependidikan dari MTsN 1 Pasangkayu, peserta seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kementerian Agama, berpulang di tengah proses ujian kompetensi, Rabu, 4 Desember 2024.
Ahmad, seorang pria sederhana dari Desa Malei, Pasangkayu, datang dengan penuh harap untuk masa depan yang lebih baik. Namun, takdir berkata lain. Saat hendak memulai ujian, ia tiba-tiba mengeluh sakit. Ketua Tim Kerja Kepegawaian dan Hukum, Salahuddin, yang berada di lokasi, mengisahkan detik-detik genting tersebut.
“Peserta itu sempat mengeluh kesakitan kepada petugas kesehatan, tetapi mengatakan dirinya baik-baik saja,” ujar Salahuddin.
Namun, sesaat sebelum login ke sistem ujian, Ahmad tampak semakin lemah. Tim panitia bergerak cepat, mengevakuasinya ke Rumah Sakit Bhayangkara Mamuju. Segala upaya medis dilakukan, tetapi Ahmad menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit. Dugaan sementara, serangan jantung menjadi penyebab kepergiannya.
Suara Duka di Tengah Harapan
Kabar duka itu menyelimuti suasana di ruang ujian, membuat rekan-rekan sesama peserta terhenyak. Di tengah langkah menuju mimpi sebagai abdi negara, Ahmad dipanggil kembali ke haribaan Ilahi.
“Atas nama Keluarga Besar Kementerian Agama Sulawesi Barat, kami menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian Ahmad. Semoga almarhum husnul khatimah, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan serta ketabahan,” ungkap Kepala Kanwil Kemenag Sulbar, H. Adnan Nota.
Peserta lain, meski terguncang, tetap melanjutkan proses ujian dengan berat hati. Panitia meningkatkan pengawasan terhadap kondisi kesehatan para peserta, sembari mengimbau agar mereka memeriksa kesehatan sebelum datang ke lokasi ujian.
Ahmad, Pengabdi yang Pergi dengan Cita-Cita
Ahmad dikenal sebagai sosok yang berdedikasi di MTsN 1 Pasangkayu. Teman-teman sejawatnya mengingatnya sebagai pria yang ramah dan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah dan lingkungannya.
“Dia selalu bicara tentang mimpi-mimpinya, ingin jadi abdi negara yang dapat berkontribusi lebih untuk pendidikan di daerahnya,” ujar salah seorang kolega Ahmad.
Namun, jalan itu tak sempat ia tuntaskan. Kepergiannya menjadi pengingat bahwa di balik setiap perjuangan, ada takdir yang tak terduga. Ahmad meninggalkan pesan mendalam bagi semua: perjuangan, meski terhenti di tengah jalan, tetap menjadi warisan semangat bagi yang ditinggalkan.
Di akhir hari, doa mengiringi perjalanan Ahmad menuju keabadian. Hujan rintik menggantikan sorak-sorai harapan di ruang ujian, menyisakan kenangan tentang seorang pria yang datang membawa impian, tetapi pulang membawa cerita yang tak akan terlupakan. (*)